- Back to Home »
- makanan sebagai sumber energi manusia
Wednesday, August 9, 2023
Energi dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan, aktifitas otot, fungsi metabolik lainnya (menjaga suhu tubuh, menyimpan lemak tubuh), memperbaiki kerusakan jaringan dan tulang yang dapat disebabkan karena sakit atau cedera. Sumber energi makanan berasal dari karbohidrat, protein dan lemak (Nurjannah, 2012). Energi harus sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk mencegah setiap penyakit akibat gangguan metabolisme dan agar tidak terjadi penimbunan pada energi dalam bentuk cadangan lemak pada setiap tubuh manusia (Andriani dan Wirjatmadi, 2012). Ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan pada remaja akan menimbulkan masalah gizi kurang maupun masalah gizi lebih (Dwiningsih, Pramono, 2013).
Sumber Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak, dan protein yang berada
dimakanan. Kandungan karbohidrat, lemak, dan protein suatu bahan
makanan menentukan nilai energinya (Almatsier, 2010).
Karbohidrat sering disebut dengan zat gizi makro, berfungsi
sebagai sumber utama penghasil energi bagi tubuh (Almatsier,
2010). Hasil pemecahan pada senyawa karbohidrat (glukosa)
digunakan untuk energi utama tubuh. kekurangan glukosa
sebagaimana kekurangan oksigen, mengakibatkan gangguan fungsi
otak, kerusakan jaringan, dan menyebabkan kematian pada jaringan
jika terjadi selama berkepanjangan. Gula darah adalah hasil
pemecahan dari karbohidrat dengan bantuan energi Adenosin Tri
Phospate (ATP) yang menghasilkan asam piruvat dapat digunakan
sebagai energi untuk aktivitas sel (Mukhti dkk, 2014).
Karbohidrat yang diperlukan harus cukup dari kebutuhan,
karena kekurangan karbohidrat sekitar 15 % menyebabkan kelaparan
dan penurunan berat badan, sedangkan karbohidrat yang dikonsumsi
dalam jumlah berlebih maka menyebabkan peningkatan berat badan
(Fridawanti, 2016).
Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino, yang
terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Protein berfungsi
sebagai energi, zat pembangun dan zat pengatur didalam tubuh.
Protein yang diperlukan dalam sehari-hari adalah 10-15%
(Almatsier, 2010).
Sumber protein dari hewani meliputi daging, susu, telur,
seafood, telur, dan hasil olahannya. Sumber protein dari nabati
kacang-kacangan dan hasil olahannya yaitu tempe, tahu dan susu
kedelai (Savitri, 2015).
Makanan yang tinggi protein biasannya juga tinggi lemak,
sehingga dapat menimbulkan obesitas. Jika kekurangan protein
maka pertumbuhan akan mengalami kegagalan dan dapat
menimbulkan Kekurangan Energi Protein (KEP) (Muharrom,
2018).
Lemak tersusun atas tiga elemen dasar, yaitu karbon (C) ,
hidrogen (H), dan oksigen (O). Fungsi utama lemak adalah sebagai
sumber energi yang dapat menyediakan energi sekitar 2,25 kali
lipat lebih banyak daripada yang diberikan oleh karbohidrat (pati,
gula) atau protein. Satu gram lemak akan menghasilkan 9 kkal
energi. Selain sebagai sumber energi, lemak juga merupakan
bahan pelarut dari beberapa vitamin yaitu A,D,E, dan K
(Muhchtadi, 2009).
Konsumsi lemak secara berlebih mengakibatkan terjadinya
penimbunan lemak, sehingga menyebabkan kegemukan atau terjadi.
sumbatan pada saluran darah jantung (Andriani dan Wirdjatmaji,
2014).
Apabila tubuh kekurangan lemak maka, persediaan lemak
didalam tubuh berkurang dan tubuh akan menjadi kurus. Hal ini
mengakibatkan tubuh akan mengalami defesiensi asam lemak
linoleat dsan asam lemak linolenat (Devi, 2010).
Remaja secara fisik, psikologis maupun sosial sedaang dalam
masa pertumbuhan sehingga kebutuhan gizi pada remaja dipastikan
lebih banyak daripada anak-anak atau pada orang dewasa maupun
orang tua (Muharrom, 2018).
Menurut Almatsier (2010), Jumlah zat gizi yang dikonsumsi
dalam satu hari dan dibandingkan dengan kebutuhan yang dianjurkan
untuk mencapai kebutuhan normal.
Menurut Notoatmodjo (2010), mengungkapkan bahwa,
pengetahuan sebagai hasil dari indera seseorang terhadap suatu
objek melalui penglihatan, pendengaran, penciuman dan
sebagainya. Tingkatan pengetahuan secara umum, yaitu sebagai
berikut:
1. Definisi tahu (know)
Kata tahu dimaksudkan untuk mengingat kembali
materi yang telah dipelajari. Semisal saat seseorang tengah
melakukan wawancara selama 24 jam (recall) atau food frequency questionnaire (FFQ), mereka harus mengingat
kembali apa yang telah mereka konsumsi dari jenis
makanan, bahan atau porsi dalam jangka waktu tertentu.
2. Definisi memahami (comprehention)
Memahami dapat disimpulkan sebagai kemampuan
untuk menjelaskan secara benar mengenai obyek yang
diketahui serta dapat menginterpretasikan tentang materi
tersebut secara benar.
3. Definisi aplikasi (aplication)
Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan
materi yang sudah dipelajari pada situasi atau kondisi yang
sebenarnya (real). Semisal dengan menggunakan metode
untuk melaksanakan suatu kegiatan agar tercapai sesuai
yang direncanakan.
4. Definisi analisis (analysis)
Merupakan kemampuan untuk menjabarkan suatu
materi yang sudah dipelajari tetapi masih dalam ruang
lingkup yang sama. Seperti membedakan dan
menggolongkan.
5. Definisi Sintetis (synthesis)
Sintetis dapat diartikan dengan kemampuan untuk
menjelaskan mengenai suatu hal yang berhubungan dengan
unsur yang sudah ada dan menyusun kembali unsur yang
baru.
6. Evaluasi (evaluation)
Merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap penelitian mengenai suatu materi atau obyek untuk
mengetahui berhasil atau tidaknya kegiatan tersebut.
Menurut Marwanti (2000) menjelaskan bahwa, untuk
mendapatkan makanan sesuai dengan kebutuhan, keuangan dalam
faktor sosial ekonomi memegang peranan penting. Daya beli
menentukan pemilihan, jika keuangan memungkinkan maka
dengan leluasa seseorang dapat memilih dan membeli makanan,
tetapi jika keuangan terbatas maka seseorang terpaksa memilih dan
membeli makanan yang murah, yang harus disesuaikan dengan
keuangan yang tersedia. Semakin tinggi status sosial ekonomi
dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang dan kebiasaan
makanya, mereka cenderung memilih makanan yang praktis dan
tidak memakan waktu yang lama (Zuhdi, 2015).
Kebiasaan (habit) adalah suatu pola kebiasaan konsumsi yang
diperoleh secara berulang-ulang (Kadir, 2016). Menurut
Kurniawati (2011), mengungkapkan bahwa lingkungan sosial dapat
menggambarkan perbedaan mengenai pola makan dari tiap-tiap
bangsa serta suku sesuai dengan kebudayaan yang telah dianut
secara turun menurun.
Setiap aktifitas memerlukan energi, semakin banyak aktifitas
yang dilakukan maka akan semakin banyak pula energi yang akan
dibutuhkan (Proverawati dan Asfuah, 2009).
Metode pengukuran tigkat kecukupan dan karbohidrat
menggunakan recall. Prinsip dari metode ini yaitu mengingat kembali dan
mencatat jumlah serta jenis pangan dan minuman yang telah dikonsumsi
selama 24 jam (Arisman, 2002).
Pengetahuan mengenai gizi, sumber-sumber zat gizi, dan makanan
yang baik dan aman untuk dikonsumsi, sehingga tidak menyebabkan sakit
(Komang, 2014).
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap, dan
perilaku seseorang dalam pemilihan makanan yang dapat berpengaruh
pada keadaan gizi yang bersangkutan. Pengetahuan gizi yang tidak
memadai, kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik, serta
pengertian yang kurang tentang kontribusi gizi dari berbagai jenis
makanan akan menimbulkan masalah kecerdasan dan produktifitas
(Soekirman, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut
Notoatmodjo (2003), sebagai berikut :
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang yang semakin tinggi, maka akan
semakin mudah menerima informasi tentang obyek yang berkaitan
dengan pengetahuan, dan dapat mengembangkan pengetahuan serta
teknologi. Secara umum pengetahuan didapatkan melalui informasi
dari orang lain baik keluarga, guru, teman, atau media massa.
Pengetahuan erat kaitannya dengan pendidikan (Notoatmodjo,
2010).
2. Sumber Informasi
Sumber informasi merupakan sekumpulan informasi yang
telah dikelompokkan berdasarkan masing-masing kategori. Sumber
informasi dapat diperoleh dari perpustakaan, majalah, surat kabar,
dan internet (Wiqoyatussakinah, 2016).
Menurut Riyadi (1996), mengungkapkan bahwa beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang
dikonsumsi berkaitan dengan banyaknya informasi yang diperoleh
mengenai kebutuhan zat gizi pada tubuh dan kemapuan untuk
memilih bahan makanan.
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman pribadi maupun
pengalaman orang lain, sehingga pengalaman yang sudah diperoleh
dapat menambah pengetahuan seseorang, dengan pengalaman itu
seseorang akan mengetahui tentang cara menyelesaikan
permasalahan dari pengalaman sebelumnya yang sudah dialami
(Budiman dan Riyanto, 2013).
Menurut Notoatmodjo (2010), pengalaman seseorang
berpengaruh pada pengetahuan. Semakin banyak pengalaman yang
diperoleh maka akan semakin bertambah pula pengetahuan yang
dimiliki.
Masa remaja adalah periode yang paling rentan terhadap
perkembangan hidup seseorang setelah remaja mampu bertahan hidup
(survive), dimana secara fisik remaja mengalami perubahan fisik, yang
spesifik dan secara psikologik mulai mencari identitas diri (Waryana,
2010). Salah satu kelompok yang rentan untuk ikut terbawa arus pada
era globalisasi dan modernisasi adalah remaja, mereka memiliki
karakteristik tersendiri yang unik dan labil, pada taraf mencari identitas,
mengalami masa transisi dari remaja menuju dewasa, dan sebagainya
(Rini dkk, 2012).
Menurut Hurlock (1990) dalam Natali (2010), mengungkapkan
bahwa masa remaja terbagi menjadi dua, yaitu remaja awal 13 hingga
16 tahun) dan masa remaja akhir 16 hingga 18 tahun.
1. Karakteristik Biologis
Menurut Wiqoyatussakinah (2016) menjelaskan bahwa, salah
satu fitur dasar remaja adalah serangkaian perubahan biologis yang
dikenal sebagai pubertas. Perubahan ini mengubah orang muda dari
fisik anak menjadi dewasa reproduktif matang. Pada masa remaja,
pertumbuhan fisik sangat cepat. Remaja yang sudah mengalami
pubertas maka akan cenderung memperhatikan fisiknya dari pada
makannya.
2. Karakteristik Sosial
Menurut Ali dan Asrori (2005) berkembangnya identitas
tentunya akan membantu remaja untuk menyelesaikan tugas-tugas
perkembangannya seperti :
1. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman
sebaya
2. Mencapai peran sosial baik sebagai pria maupun wanita
3. Mendapatkan kebebasan emosional dari orangtua dsan orang
dewasa lainnya
4. Mencapai tingkah laku sosial yang bertanggung jawab serta
memiliki nilai dan sistem etika sebagai pedoman tingkah
lakunnya.
sumber:
http://repository.unimus.ac.id/3772/3/BAB%20II.pdf
https://halosehat.com/makanan/makanan-sehat/makanan-4-sehat-5-sempurna-contoh-dan-manfaatnya
http://repository.unimus.ac.id/3772/3/BAB%20II.pdf
https://halosehat.com/makanan/makanan-sehat/makanan-4-sehat-5-sempurna-contoh-dan-manfaatnya